Pengertian Harapan
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada
waktunya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara ber doa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan “berpikir positif” yang merupakan salah satu cara terapi/ proses sistematis dalam psikologi untuk
menangkal “pikiran negatif” atau “berpikir pesimis”. Kalimat lain “harapan palsu” adalah kondisi di mana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau
berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut
menjadi nyata sangatlah kecil.
Persamaan harapan dan cita-cita
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu
usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya
perlu setinggi bintang.
Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan
orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Contoh Harapan
Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, dan tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang yang mempunyai harapan yang terlalu berlebihan pasti
akan menjadi bahan tertawaan banyak orang. Contoh lainnya, misal Rafiq berharap mendapatkan nilai A dalam ujian di setiap mata kuliahnya. Padahal ia tidak
pernah hadir dalam kelas, tidak ada usahanya dan ia menghadapi ujian dengan santai. Jadi bagaimana Rafiq akan mendapatkan nilai A? Mungkin ia juga tidak
akan lulus.
Sebab manusia mempunyai harapan karena manusia adalah makhluk sosial. Setiap manusia harus dapat berinteraksi dengan orang lain baik keluarga maupun
masyarakat disekitarnya. Ada dua hal yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, diantaranya:
1. Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat dan pembawaan alamiah yang sudah terjelma di dalam diri manusia. Dorongan kodrat membuat manusia mempunyai harapan, misalnya menangis,
tertawa, bergembira, dan sebagainya. Di dalam diri setiap manusia sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bersama dengan manusia
lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia pasti mempunyai banyak hal dalam kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup ini pada dasarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia harus bekerja sama dengan manusia lain, karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik
maupun kemampuan berfikirnya. Menurut Abraham Maslow harapan manusia atau kebutuhan manusia dikategorikan dalam 5 hal, yaitu:
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love)
4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization)
Pengertian Doa
Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja,
mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang
sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab
doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar dari manusia', karena 'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak
'mengindahkan' setiap doa (Yes 1:15; 29:13). Ajaran Alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau
dalam hubungan perjanjian dengan Dia, lalu secara penuh masuk ke dalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.
Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya yang artinya mengakui atau meyakini akan adanya kebenaran. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling
besar. Di dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang diberitahukan oleh Tuhan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada umat manusia. Hak
berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak beragama menurut keyakinan. Dalam hal beragama setiap orang wajib menghormati kepercayaan
orang lain.
Menurut Dr. Yuyun Suriasumantri ada 3 teori kepercayaan atau kebenaran, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Koherensi atau Konsistensi
Yaitu suatu pernyataan yang dianggap benar apabila pernyataan itu konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya, setiap
manusia akan mati.
2. Teori Korespondensi
Yaitu suatu pernyataan benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contohnya, Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia
3. Teori Pragmatis
Yaitu suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Kepercayaan dan usaha untuk meningkatkannya
Kepercayaan dapat dibedakan atas:
1. Kepercayaan kepada diri sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ada pada setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri dapat berupa menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,
dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2. Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan pada orang lain sudah pasti percaya terhadap kata hatinya atau perbuatan yang dilakukan sesuai dengan kata hatinya atau terhadap kebenaran.
Misalnya seseorang yang sudah berjanji sesuatu harus memenuhi atau melakukannya meskipun janji itu tidak terdengar atau diketahui orang lain. Kepercayaan
kepada orang lain bisa terhadap orang tua, saudara, atau siapa saja.
3. Kepercayaan kepada pemerintah
Menurut Prof. Ir. Poedjawiyatna negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia. Tuhan adalah pemilik kedaulatan yang
sejati karena semuanya adalah ciptaan Tuhan. Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, kewibawaan pun milik rakyat. Karena itu
wajarlah jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara atau pemerintah yang memimpin.
4. Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu sangat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya melainkan diciptakan oleh Tuhan.
Kepercayaan ini juga penting karena merupakan tali kuat yang menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya jika
umatnya tidak percaya kepada-Nya. Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari-Nya, manusia harus percaya kepada Tuhannya.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi, kondisi, situasi, dan lingkungan.
Usaha itu diantaranya:
1. Meningkatkan ketaqwaan dengan cara meningkatkan ibadah
2. Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat
3. Meningkatkan kecintaan kepada sesama manusia dengan cara saling menolong
4. Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
5. Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki dan sebagainya.
Daftar Pustaka